Search This Blog
عن جابر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « المؤمن يألف ويؤلف ، ولا خير فيمن لا يألف ، ولا يؤلف، وخير الناس أنفعهم للناس » Diriwayatkan dari Jabir berkata,”Rasulullah SAW bersabda,’Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni) "Almuhafadhotu 'ala qodiimish Sholih Wal Akhdhu bil jadiidi Ashlah"
Featured
- Get link
- X
- Other Apps
PENDEKATAN, METODE DAN MODEL TAFSIR (SERTA CONTOH ANALISIS TAFSIR JALALAIN SECARA SINGKAT)
A.
Pendekatan
Tafsir, menurut Abdullah Saaed ada 4 pendekatan klasik dan 1 pendekatan modern,
diantaranya :
1.
Pendekatan
Lingustik
Yaitu memaknai atau menafsirkan suatu ayat melalui kebahasaannya,
baik secara literal maupun majas, dalam bangsa Arab hal ini disebut mantuq dan
mafhum (makna tersurat dan makna tersirat). Pendekatan ini biasanya
digunakan dalam menjelaskan dan menguraikan suatu ayat, seperti Metode Tahlili
2.
Pendekatan
Logika
Yaitu pendekatan tafsir yang menghubungan pendekatan kebahasaan
dengan rasionalitas, seperti mempergunakan pengetahuan yang bisa masuk akal,
akan tetapi juga terkadang berhubungan dengan mistis atau hal gaib.
3.
Pendekatan
Tasawuf
Yaitu pendekatan tafsir yang memaknai ayat tidak hanya secara
lahiriyah saja (bahasa teks Qur’an) namun juga secara batiniyah (penyingkapan
makna melalui kasyf) oleh mufasir.
4.
Pendekatan
Riwayah
Yaitu pendekatan tafsir yang menitikberatkan pada hadits dan para
perawi atau tabi’in. Dimana tujuannya adalah menjelaskan ayat qur’an yang
universal, menghususkan ayat yang masih umum dan membatasi hal-hal yang mutlak.
5.
Pendekatan
Kontekstual
Yaitu pendekatan tafsir yang memaknai ayat sebagai jawaban dari problematik manusia dijaman Rasulullah dan para sahabat saat itu. Jadi, memaknai ayat tidak sebatas teks, namun juga melilhat sosial, politik, kultur, budaya dan lain sebagainya saat ayat itu diturunkan, sehingga memiliki nilai-nilai kebajikan yang bisa diadopsi dengan problem kontemporer saat ini. Seperti Teori double movement oleh Fadzlur Rahman, teori Maqashidi oleh Muhamad Thalib atau Abdul Mustaqim (UIN Sunan Kalijaga), dll.
Dari 5 pendekatan tersebut mampu dimasukkan kedalam beberapa metode tafsir (cara menafsirkan ayat), seperti : Tafsir Tahlili (berfokus pada menjelaskan ayat), Tafsir Ijmali (menafsirkan per-diksi sehingga menghasilkan makna yang lebih panjang dari sekedar terjemahan), Tafsir Muqarin (membandingkan ayat dengan ayat lainnya, tafsir dengan tafsir, ayat dengan hadits, dan ayat dengan kitab samawi lainnya, sehingga terjadi kompromi, atau saling melengkapi atau mencari kelebihan ayat quran dari kitab samawi lain), dan Tafsir Maudhu’i atau Tematik (memahami ayat dengan tema tertentu lalu mengumpukan ayat-yata lain yang memiliki kesamaan tema untuk dihubungkan satu sama lain sehingga menciptakan gambaran tema secara utuh.
B.
Analisis
Tafsir Jalalalain
Tafsir Jalalain
karya Imam Jalalain Muhammad Al Mahalli dan Imam Jalaluddin Abdurrahman Al
Suyuthi merupakan salah satu tafsir klasik yang menggunakan pendekatan serta
model tafsir klasik, yaitu pendekatannya memadukan antara linguistik dan
riwayah, dimana mufasir mencoba memaknai ayat lebih jelas dan luas, baik per
diksi maupun perkalimat tertentu yang membutuhkan penjelasan, sehingga
menghasilkan pemaknaan yang lebih panjang dari sekedar terjemahan, inilah yang
disebut sebagai metode tafsir Tahlli dan Ijmali.
Jadi, tafsir
ini memiliki 2 jenis penyajian tafsir, yaitu matan dan syarah.
Matan ialah bentuk penulisan kitab dengan memaknai per diksi atau kalimat
tertentu (linguistik-ijmali)
Syarah ialah bentuk penulisan kitab dengan menjabarkan secara universal
suatu kejadian dibalik ayat tersebut (penjelasan dari matan), dan ini
lebih panjang dari matan. Dalam Tafsir Jalalain, Mufassir menggunakan
hadits tertentu yang digunakan sebagai pendukung dari turunnya ayat tertentu
pula (Asbabun Nuzul), Jadi tidak semua ayat dalam Tafsir Jalalain memeiliki
makna syarah dan tidak semua ayat juga memiliki sebab penurunan (Riwayah-Tahlili).
Seperti contoh : QS. Al-Isra’ dalam ayat 1 tertulis ada kalimat “min
al masjidil haram” lalu makna dalam matan nya adalah “ay makkah”
(yaitu Mekkah), “ila masjidil Aqsha” lalu dimaknai dalam matan adalah
“bait al maqdis li ‘ibadihi minhu” (Baitul Maqdis yang digunakan untuk
beribadh Nabi Muhammad).
Lalu, dalam syarahnya kosong, karena tidak memiliki asbabun
nuzulnya. Artinya, peristiwa masalalu nabi dan rasul bukanlah sebab dari
turunnya ayat. Karena terkadang untuk mendalami seluk beluk kisah membutuhkan
cara untuk mengungkap tabir, sehingga ketidaktahun terhadap suatu itu akan menyebabkan
kekeliruan atau bahkan kesalahan makna dari yang dikehendaki Al-qur’an. Jadi,
secara singkat, ada ayat yang memiliki sebab penurunan, ada juga yang memang
tidak memiliki sebab turunnya dan murni sebagai respon atau penjelasan kegiatan
Rasul, seperti QS. Ali-Isra: 1-5.
Melalui tafsir Jalalain ini, banyak kemudian melahirkan mufassir-mufassir
lain untuk melengkapi dan melanjutkan tafsir ini dengan sudut pandang
pendekatan dan metode lain, atau yang disebut dengan Kitab Hasyiah (Penjelas)
Tafsir Jalalain, seperti Muhammad Ahmad Kan’an al-Qadhi dalam tafsirnya yang
berjudul “Qurratul ‘ainain ‘ala
Tafsiril Jalalain” yang membahas tentang sumber dan niali hadis yang
disampaikan dalam kitab jalalin (men-takhrij) dan mengaitkan antara ayat
satu dengan ayat yang lain untuk memabahas satu tema (metode maudhui).
Popular Posts
MENDISKUSIKAN ISLAM DAN MULTIKULTURAL DALAM PENDIDIKAN
- Get link
- X
- Other Apps
Wedding Invitation of Kumala and Mahfudin
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment
Terimakasih atas kunjungannya, silahkan share tulisan ini jika bermanfaat bagi anda dan orangain yah, salam dari aku - Kumala :)