Skip to main content

Featured

Berikut Lima Contoh Isu atau Permasalahan dalam Studi ke-Islaman yang Bisa di jadikan Objek Studi Kajian dalam Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (PART 1)



1.    Gender

Sekitar 15 tahun terakhir ini banyak terjadi pembahasan – pembahasan mengenai gender Equality. Hal ini menjadi salah satu isu yang tidak pernah “stagnan” untuk dibahas. Terlebih, masih sering terjadi permasalahan dan perdebatan perihal gender dari beberapa pihak ditengah – tengah masyarakat. Tidak berhenti disitu, wacana – wacana bias gender, maskulinitas yang mendominasi, disclaimer sepihak, hingga pelemahan kaum feminis dengan pelanggengan sistem patriarkhi pun turut membersamai isu gender ini. Dan belakangan, isu gender ini tidak begitu diperhatikan oleh petinggi kebijakan, terbukti sampai sekarang RUU PKS (Penghapusan Kekerasan Seksual) dimana, kaum feminislah yang lemah, akhirnynya menjadi korban dan dilemahkan.

Isu gender ini tentunya senada dengan dogma umat Islam, yakni Qur’an dan Khadits- hingga Ijma’ serta Qiyas.

Dimana Allah dan Rasul-Nya memuliakan betul perempuan, dan menjelaskan keadilan antar keduanya. Ketersalingan antar keduanyalah yang akhirnya mampu menciptakan kebahagiaan secara bersama. Pada akhirnya, muncullah teori – dan pendekatan baru untuk  memperoleh kesetaraan gender menuju Islam yang Rahmatan lil’alamin, seperti Konsep Mubadalah oleh Kyai. Fahrudin Faiz, dan lain-lain. Hal ini juga bisa ditelaah dan dikaji dengan analisis sendiri, seperti Analisis Semiotik, Wacana, Framing dan lain – lain.

2.    Dakwah; ‘Semisal Dakwah Virtual’

Pentingnya memahami aktualisasi keadaan merupakan salahsatu wujud rasa syukur seseorang. Terutama sebagai komunikator, Pendakwah (Muballigh/Muballlighoh), bahkan siapapun seorang muslim memiliki kewajiban untuk berdakwah, seperti khadits Rasul “Ballighuu Anni Walau Ayat (Sampaikanlah dariku (Rasul) meskipun satu ayat). Dari ayat ini dihasilkan bahwa, kata Ballighu merupakan kalimat perintah yang bersifat general. Artinya siapapun memiliki kewajiban untuk menyebarkan sesuatu kebaikan, dan menjadi orang bermanfaat.

Dengan kecanggihan teknologi dan informasi sekarang, manusia dituntut untuk terus menggali informasi dan memberikan edukasi tidak hanya melalui cara – cara klasik kuno, semisal dari mimbar ke mimbar lain. Siapapun kita bisa berdakwah melalui gadget  dan dengan packaging konten yang berbeda – beda.

Maka disinilah, diperlukan teori dan pendekatan khusus tentang dakwah virtual itu sendiri, seperti pengelolaan dan managerial dakwah virtual kepada netizen, bahasa – bahasa virtual seperti apa yang digunakan, konten – konten yag seperti apa yang sebaiknya disampaikan di internet, hingga pada taraf mengenali psikologi macam – macam mad’u di internet. Hal ini juga bisa ditelaah dan dikaji dengan berbagai analisis dan teori pembangun, seperti psikologi, sosiologi, komunikasi, filsafat, hingga analisis hermeneutik.

3.    Paham-isme Islam di Indonesia

Sekte dan gerakan -  gerakan dalam dunia  Islam, tentunya memiliki sejarah sendiri. Tepatnya, sejak tumbangnya kekhalifahan Sayyidina Ali bin Abi Thalib (Khulafaur Rasyidin yang terakhir), muncullah gerakan – gerakan sempalan dari golongan Ali. Mulai Syi’ah, Khawarij hingga Sunni, Mu’tazilah, dan lain-lain.

Sejarah tersebut menjadi bagian dari Islam yang luar biasa yang memberikan dampak hingga sekarang, dimana gerakan – gerakan tersebut berkembang pesat dan dipengaruhi oleh paham-isme berpikir mereka. Melalui sejarahlah manusia mampu mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi dari setiap paham dan gerakan tertentu. Hingga pada konsep bagaimana manusia bisa hidup berdampingan dengan segala keragamaan –isme yang ada di Indonesia, terlebih keadaan Indonesia yang multikultural dan agama yang plural.

Hingga menghasilkan kesepakatan mana saja paham dan gerakan yang bisa dipertahankan dan tidak berseberangan dengan sistem kenegaraan di Indonesia.

Inilah pentingnya permasalahan – permasalahan paham-isme dijadikan suatu studi keislaman, karena bagaimana pun negara dan agama tak bisa dipisahkan satu sama lain. Isme ini juga bisa ditelaah dan dikaji dengan berbagai analisis dan teori pembangun, seperti psikologi, sosiologi, komunikasi, filsafat, demografi, dan analisis Wacana atau Teori Fenomenologi.

4.    Fenomena Peribadahan Manusia

Segala perbedaan pandangan dan ideologi seseorang diatas, juga mampu memunculkan berbagai ativitas, tradisi dan segala bentuk fenomena peribadahan manusia yang beragam.

Segala bentuk linguistiknya, proses pentransferan ilmu kepada umat, hingga melakukan aktivtas peribadahan yang berbeda-beda dengan baik, merupakan salahsatu khazanah keislaman yang perlu mendapatkan perhatian untuk dikritisi, sehingga menjadi objek studi.

5.    Pembangunan Umat

Islam, tidak hanya berbicara tentang kedamaian hati urusan peribadahan, juga kemakmuran umat di dunia, sebagai bekal kebahagiaan di akhirat, maka Islam juga memerlukan objek studi yang membahas tentang Pembangunan Kesejahteraan Umat.

Berbicara tentang konsep Pembangunan, artinya kita membicarakan dakwah pemberdayaan. Dimana dakwah pemberdayaan itu  mengintergrasikan antara dakwah bil lisan, dakwah bil yad (dengan kekuasaan = kebijakan), hingga dakwah bil arkan. Dimana hasil dari dakwah tersebut tidak hanya melalui startegi retoris dan persiasif semata, tapi juga strategi – strategi untuk memakmurkan dan menyejahterakan umat. Seperti yang dijelaskan dalam satu hadits, bahwa kefakiran mampu mendekatkan seseorang pada kekufuran, atau bahwa dunia mampu membawa pada jalan kebahagiaan akhirat.

    Disinilah peran agama dan negara itu tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Ketika Islam mengajarkan     umat untuk berusaha menuju kemakmuran dan kesejahteraan hidup, ada peran lain yang                        mempengaruhi keberhasilan dakwah pemberdayaan tersebut, yaitu Pemerintah dengan kebijakannya       sekaligus “Pendakwah = pemberdaya” sebagai fasilitatornya.  

Comments

Popular Posts