Search This Blog
عن جابر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « المؤمن يألف ويؤلف ، ولا خير فيمن لا يألف ، ولا يؤلف، وخير الناس أنفعهم للناس » Diriwayatkan dari Jabir berkata,”Rasulullah SAW bersabda,’Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni) "Almuhafadhotu 'ala qodiimish Sholih Wal Akhdhu bil jadiidi Ashlah"
Featured
- Get link
- X
- Other Apps
EPISTEMOLOGI KARYA SYAIKH TIHAMI PADA KITAB QURRATU AL – ‘UYUN ANALISIS BAYANI, IRFANI DAN BURHANI
A.
DATA SINGKAT KITAB QURRATU AL-‘UYUN
Kitab
Qurratu Al-‘uyun yang penulis jadikan data primer ini diterbitkan oleh Al-Haramain,
pada 7 Juli 2005 M atau 30 Jumadil Ula 1426 H di Surabaya dengan nomer
pendaftaran 552858, dan dilindungi hak ciptanya oleh Undang-undang No. 15 Tahun
2001, melalui Departemen Kehakiman dan Hak Asasai Manusia Republik Indonesia
Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual, dengan jumlah halaman 63.
Qurratu al-‘uyun merupakan salah satu karya dari Syaikh Imam Abu Abdullah Muhammad
Maulana At-Tahami bin Al-Madani bin Ali bin ‘Abdullah Kanun Al-Idris Al-Husain
Al-Fas, atau beliau terkenal dengan nama Syaikh Tihami Al-Fas. Syaikh Tihami
merupakan salah satu ulama ahli fikih ber-madzhab Maliki dari Faas, yaitu
sebuah daerah di Negara Maroko atau Maghribi, di daerah Tonjah. Beliau memiliki
banyak sekali karya dan masyhur sampai sekarang, seperti kitab-kitab
hadits, fikih ibadan dan sebagainya, dan salahsatunya adalah kitab Qurratu
Al-‘Uyun. Beliau diperkirakan hidup pada abad 12 pertengahan Hijriah atau
pada abad 18 Masehi, dan wafat pada tahun 1333 H atau 1915 M.
Kitab Qurratu Al-‘uyun merupakan syarah atau
penjelasan dari kitab sebelumnya yang dikarang oleh Syaikh Al Imam Al Alim Al
Alamah Al Hammam Abi Muhammad Sayyid Qosim bin Ahmad bin Musa bin Yamun A-
Talidi Al Akhmasyi R.a., atau biasa dikenal dengan Syaikh Ibnu Yamun. Keduanya
merupakan ulama yang berbeda generasi dengan selisih tahun yang cukup jauh.
Jika Kitab Syaikh Ibnu Yamun diselesaikan sekitar tahun 1069 H, Syaikh Tihami
menyelesaikan kitabnya pada tahun 1305 H atau sekitar tahun 1884 M.
Kitab
Qurratu Al-‘uyun memiliki arti indah dan syarat dengan makna, yaitu
sesuatu yang dapat menyejukkan mata atau menyenangkan hati. Hal ini relevan
dengan isi kitab ini, dimana memiliki 20 Pasal yang membahas tentang pernikahan
dan perkawinan. Mulai dari hukum dan hikmah dibalik pernikahan, adat pernikahan,
tatacara bersenggama, hak dan kewajiban suami istri hingga kewajiban orang tua
kepada anak. Kitab ini begitu populer dikalangan santri pondok pesantren
salafi, terutama bagi generasi muda yang hendak menyempurnakan agamanya.
Mempelajari dan memahami kitab Qurratu Al-‘uyun dirasa mampu menjadi
jawaban untuk para calon pengantin sebagai bekal menumbuhkan, menjaga dan
membuat keharmonisan dalam keluarganya kelak, menuju keluarga yang sakinah,
mawaddah dan warahmah.
Menilik
pentingnya mempelajari dan memahami kitab Qurratu Al-‘uyun tersebut selain
menghindari percekokan, ketidakharmonisan dalam keluarga, yang salahsatu
penelitiannya juga dikarenakan pentingnya memahami bagaimana cara berkomunikasi
dan bergaul bersama istri, hingga pada hubungan intim. Jika dalam Islam masalah
tersebut merupakan nafkah bathin yang memang harus terpenuhi antar keduanya,
maka dalam ilmu kontemporer psikologi dan biologi juga membahas hal demikian
terkait betapa pentingnya hubungan seks yang sehat, dan komunikasi yang terbuka
bagi kebahagiaan hidup bersama.
B. ANALISIS BAYANI, ‘IRFANI DAN BURHANI
TERHADAP KITAB QURRATU AL-‘UYUN
Kitab Qurratu al-‘uyun memang lebih banyak
menyajikan data – data dari 2 nash, yakni al-quran dan hadits sebagai pedoman perspektif yang tidak bisa dibantah oleh apapun.
Bahkan kitab ini juga bersumber dari kitab – kitab sebelumnya atau penjelasan
dari ulama-ulama terdahulu sebagai data pendukung, seperti penukilan dari kitab
Nikah karya Imam Qurthubi (syarah Imam Muslim), kitab Shokheh
Bukhorim kitab Syarah ar-Risalah karya Imam al-Mahasiby, hingga
kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Al-Ghozali.
Selain itu, kitab ini juga
menyajikan pengetahuan kehikmahan tentang kebahagiaan bathiniyah yang bisa
dinikmati, seperti menjalani hiruk pikuk rumah tangga dengan keihlasan dan
ketulusan hati, sehingga dengan niat yang baik dan mampu menerima segala
kekurangan dan kelebihan satu sama lain mampu menanamkan rasa bahagia sendiri
dalam hati. Fakta – fakta empiris lain juga ditulis oleh pengarang kitab Qurratu
al-‘uyun ini dengan menjelaskan kenikmatan bersenggama yang baik, sehat dan
sopan. Tidak berhenti disitu saja, Syaikh Tihami juga memberikan beberapa saran
dalam mengonsumsi makanan sehat dan baik, serta menerapkan kehidupan yang
bersih, yang memiliki pengaruh penting terhadap kesehatan, kenikmatan
bersenggama hingga memeroleh keturunan yang baik.
Melalui nalar epistemologi filsafat
Islam, Syaikh Tahami mencoba menjelaskan maksut dalam kitab kitab Qurratu
al-‘uyun ini dengan menggunakan 3 nalar secara bersamaan dan
mengintregasikannya secara baik. Penulis tidak fokus pada penyajian tekstualis dogma saja tenting
kenikmatan seks (Bayani), tapi juga menampilkan ijma’ sebagai hikmah dan menyertakan
akhlak terhadap Tuhan (‘Irfani), serta kebenaran rasional (Burhani) sebagai
dalil pendukung dalam meyakinkan pembaca.
Adapun sebagai contoh
kalimat-kalimat dalam kitab yang menunjukkan tiga (3) nalar diatas, diantaranya
:
a.
Nalar
Bayani
Pada halaman
sepuluh fashl pertama yang menjelaskan tentang hukum-hukum menikah.
Dalam salahsatu
hadits dituliskan “Annikahu Sunnati Faman Raghiba ‘an sunnati Falaysa minni”
yang berarti menikah itu sunnahku, barangsiapa yang meninggalkan sunnahku maka
bukanlah dari golonganku. Hadits ini, tentunya tidak serta merta yang tidak
menikah mendapatakan justifikasi sepihak. Tapi dijelaskan lagi, bahwa Islam
menjelaskan ada 5 hukum menikah, ada yang dihukumi wajib, sunnah, hingga haram.
Hingga dijelaskan lagi oleh Rasul, betapa pentingnya melakukan pernikahan,
salah satunya adalah memiliki keturunan dalam hal ini Rasul menjelaskan untuk memperbanyak
umat Islam dan memperkuat Agama Islam.
b.
Nalar
‘Irfani
Pada nalar ini,
kitab Qurratu al-‘Uyun menjelaskan bagaimana cara dan akhlak berhubungan
intim antara suami istri. Hal ini tentu menjadi salah satu jawaban untuk hadits
diatas (pada bagian nalar bayani) bagaimana mendapatkan keturunan yang baik,
salah satunya dengan mengaplikasikan bersenggama yang baik, sesuai yang nabi
dan ulama’ contohkan. Karena, bersenggama tidak hany aberhenti pada kepuasaan seks
tapi ada kesopanan sendiri yang harus dijaga.hal ini masuk pada nalar
‘irfani, karena untuk sampai pada taraf percaya dan meyakini akhlak bersenggama
ini diperlukan pemahaman tasawuf.
Seperti pada penjelasan “Disunnahkan untuk merapikan baju dimalam hari
bersenggama, serta mengucapkan kalimat Allah, karena jika baju ditinggalkan
begitu saja akan dipakai oleh syaithan, atau jika tanpa berdoa syaithan pun
ikut bersenggama” atau saat meninggalkan bersenggama dihari-hari tertentu. Atau
dijelaskan bahwa Rasul merasakan malu kepada Allah saat bersenggama, sehingga
Rasul menutup kepalanya saat bersenggama, hal ini yang kemudian dijelaskan diantara
sunnah bersenggama adalah telanjang, namun tetap dalam satu selimut untuk
menutupi sebagian aurothnya (Pada fashl Fi Ba’dhi Adabil Jima’ Wa Afdholi : Pasal
Beberapa Adab jima’ dan keutamaannya, halaman 36-40).
c.
Nalar
Burhani
Pada nalar ini,
kemudian tidak hanya menjelaskan pada bagian saat bersenggama saja, tapi juga
hal – hal terkait sebelum dilakukan bersenggama, seperti membahagiakan hati
istri dengan rayuan, dan berbincang – bincang serta memberikan kepuasan seks
terhadap istri, serta makanan apa saja yang seharusnya dimakan oleh keduanya
untuk menghasilkan keturunan yang baik.
Hal ini
dibuktikan dengan rasional, ilmu Psikologi membenarkannya, ketika membahagiakan
hati istri, artinya seks dilakukan dengan baik, dan membuat jiwa dan perempuan
bahagia. Hal ini mampu mempengaruhi hormon kelak keturunan yang akan dihasilkan
seperti apa. Serta, makanan yang baik untuk dikonsumsi sebelum bersenggama
seperti Jangan makan dan minum yang terlalu panas dan masam (ilmu kesehatan
menjawab karena mampu memperlama kehamilan atau melemahkan syahwat, dan
hal ini senada dengan nalar bayani dimana salahsatu tujuan menikah adalah
mendapatkan keturunan), serta saat hamil disunnahkan makan jambu biji (pun juga
memiliki beberapa hasiat saat diteliti) (Pasal 10, tentang makanan yang perlu
dihindari saat berbulan madu, dan sedang hamil, halaman 47).
Demikianlah beberapa analisis singkat
melalui nalar Byani, ‘Irfani dan Burhani terhadap kitab Qurratu al-‘uyun Karya
Syaikh Tihami Al-Madany.
Sumber :
- Syaikh Tihami Al-Madany. 2005. Kitab Qurratu al-‘Uyun. (Surabaya:
Al-Haramain).
- Faula Arina. Konsep Keluarga Sakinah Menurut Kitab Qurrah
Al-‘Uyun Karangan Syaikh Muhammad Tihami bin Madani. 2018. (Purwokerto: UIN
Purwokerto).
Popular Posts
MENDISKUSIKAN ISLAM DAN MULTIKULTURAL DALAM PENDIDIKAN
- Get link
- X
- Other Apps
Wedding Invitation of Kumala and Mahfudin
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment
Terimakasih atas kunjungannya, silahkan share tulisan ini jika bermanfaat bagi anda dan orangain yah, salam dari aku - Kumala :)