Skip to main content

Featured

EPISTEMOLOGI KARYA SYAIKH TIHAMI PADA KITAB QURRATU AL – ‘UYUN ANALISIS BAYANI, IRFANI DAN BURHANI


 


A.      DATA SINGKAT KITAB QURRATU AL-‘UYUN

Kitab Qurratu Al-‘uyun yang penulis jadikan data primer ini diterbitkan oleh Al-Haramain, pada 7 Juli 2005 M atau 30 Jumadil Ula 1426 H di Surabaya dengan nomer pendaftaran 552858, dan dilindungi hak ciptanya oleh Undang-undang No. 15 Tahun 2001, melalui Departemen Kehakiman dan Hak Asasai Manusia Republik Indonesia Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual, dengan jumlah halaman 63.

Qurratu al-‘uyun merupakan salah satu karya dari Syaikh Imam Abu Abdullah Muhammad Maulana At-Tahami bin Al-Madani bin Ali bin ‘Abdullah Kanun Al-Idris Al-Husain Al-Fas, atau beliau terkenal dengan nama Syaikh Tihami Al-Fas. Syaikh Tihami merupakan salah satu ulama ahli fikih ber-madzhab Maliki dari Faas, yaitu sebuah daerah di Negara Maroko atau Maghribi, di daerah Tonjah. Beliau memiliki banyak sekali karya dan masyhur sampai sekarang, seperti kitab-kitab hadits, fikih ibadan dan sebagainya, dan salahsatunya adalah kitab Qurratu Al-‘Uyun. Beliau diperkirakan hidup pada abad 12 pertengahan Hijriah atau pada abad 18 Masehi, dan wafat pada tahun 1333 H atau 1915 M.

   Kitab Qurratu Al-‘uyun merupakan syarah atau penjelasan dari kitab sebelumnya yang dikarang oleh Syaikh Al Imam Al Alim Al Alamah Al Hammam Abi Muhammad Sayyid Qosim bin Ahmad bin Musa bin Yamun A- Talidi Al Akhmasyi R.a., atau biasa dikenal dengan Syaikh Ibnu Yamun. Keduanya merupakan ulama yang berbeda generasi dengan selisih tahun yang cukup jauh. Jika Kitab Syaikh Ibnu Yamun diselesaikan sekitar tahun 1069 H, Syaikh Tihami menyelesaikan kitabnya pada tahun 1305 H atau sekitar tahun 1884 M.

Kitab Qurratu Al-‘uyun memiliki arti indah dan syarat dengan makna, yaitu sesuatu yang dapat menyejukkan mata atau menyenangkan hati. Hal ini relevan dengan isi kitab ini, dimana memiliki 20 Pasal yang membahas tentang pernikahan dan perkawinan. Mulai dari hukum dan hikmah dibalik pernikahan, adat pernikahan, tatacara bersenggama, hak dan kewajiban suami istri hingga kewajiban orang tua kepada anak. Kitab ini begitu populer dikalangan santri pondok pesantren salafi, terutama bagi generasi muda yang hendak menyempurnakan agamanya. Mempelajari dan memahami kitab Qurratu Al-‘uyun dirasa mampu menjadi jawaban untuk para calon pengantin sebagai bekal menumbuhkan, menjaga dan membuat keharmonisan dalam keluarganya kelak, menuju keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah.

   Menilik pentingnya mempelajari dan memahami kitab Qurratu Al-‘uyun tersebut selain menghindari percekokan, ketidakharmonisan dalam keluarga, yang salahsatu penelitiannya juga dikarenakan pentingnya memahami bagaimana cara berkomunikasi dan bergaul bersama istri, hingga pada hubungan intim. Jika dalam Islam masalah tersebut merupakan nafkah bathin yang memang harus terpenuhi antar keduanya, maka dalam ilmu kontemporer psikologi dan biologi juga membahas hal demikian terkait betapa pentingnya hubungan seks yang sehat, dan komunikasi yang terbuka bagi kebahagiaan hidup bersama.

B.       ANALISIS BAYANI, ‘IRFANI DAN BURHANI TERHADAP KITAB QURRATU AL-‘UYUN

                 Kitab Qurratu al-‘uyun memang lebih banyak menyajikan data – data dari 2 nash, yakni al-quran dan hadits sebagai pedoman perspektif yang tidak bisa dibantah oleh apapun. Bahkan kitab ini juga bersumber dari kitab – kitab sebelumnya atau penjelasan dari ulama-ulama terdahulu sebagai data pendukung, seperti penukilan dari kitab Nikah karya Imam Qurthubi (syarah Imam Muslim), kitab Shokheh Bukhorim kitab Syarah ar-Risalah karya Imam al-Mahasiby, hingga kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Al-Ghozali.

Selain itu, kitab ini juga menyajikan pengetahuan kehikmahan tentang kebahagiaan bathiniyah yang bisa dinikmati, seperti menjalani hiruk pikuk rumah tangga dengan keihlasan dan ketulusan hati, sehingga dengan niat yang baik dan mampu menerima segala kekurangan dan kelebihan satu sama lain mampu menanamkan rasa bahagia sendiri dalam hati. Fakta – fakta empiris lain juga ditulis oleh pengarang kitab Qurratu al-‘uyun ini dengan menjelaskan kenikmatan bersenggama yang baik, sehat dan sopan. Tidak berhenti disitu saja, Syaikh Tihami juga memberikan beberapa saran dalam mengonsumsi makanan sehat dan baik, serta menerapkan kehidupan yang bersih, yang memiliki pengaruh penting terhadap kesehatan, kenikmatan bersenggama hingga memeroleh keturunan yang baik.

Melalui nalar epistemologi filsafat Islam, Syaikh Tahami mencoba menjelaskan maksut dalam kitab kitab Qurratu al-‘uyun ini dengan menggunakan 3 nalar secara bersamaan dan mengintregasikannya secara baik. Penulis tidak fokus pada  penyajian tekstualis dogma saja tenting kenikmatan seks (Bayani), tapi juga menampilkan ijma’ sebagai hikmah dan menyertakan akhlak terhadap Tuhan (‘Irfani), serta kebenaran rasional (Burhani) sebagai dalil pendukung dalam meyakinkan pembaca.

Adapun sebagai contoh kalimat-kalimat dalam kitab yang menunjukkan tiga (3) nalar diatas, diantaranya :

a.       Nalar Bayani

Pada halaman sepuluh fashl pertama yang menjelaskan tentang hukum-hukum menikah.

Dalam salahsatu hadits dituliskan “Annikahu Sunnati Faman Raghiba ‘an sunnati Falaysa minni” yang berarti menikah itu sunnahku, barangsiapa yang meninggalkan sunnahku maka bukanlah dari golonganku. Hadits ini, tentunya tidak serta merta yang tidak menikah mendapatakan justifikasi sepihak. Tapi dijelaskan lagi, bahwa Islam menjelaskan ada 5 hukum menikah, ada yang dihukumi wajib, sunnah, hingga haram. Hingga dijelaskan lagi oleh Rasul, betapa pentingnya melakukan pernikahan, salah satunya adalah memiliki keturunan dalam hal ini Rasul menjelaskan untuk memperbanyak umat Islam dan memperkuat Agama Islam.

b.      Nalar  ‘Irfani

Pada nalar ini, kitab Qurratu al-‘Uyun menjelaskan bagaimana cara dan akhlak berhubungan intim antara suami istri. Hal ini tentu menjadi salah satu jawaban untuk hadits diatas (pada bagian nalar bayani) bagaimana mendapatkan keturunan yang baik, salah satunya dengan mengaplikasikan bersenggama yang baik, sesuai yang nabi dan ulama’ contohkan. Karena, bersenggama tidak hany aberhenti pada kepuasaan seks tapi ada kesopanan sendiri yang harus dijaga.hal ini masuk pada nalar ‘irfani, karena untuk sampai pada taraf percaya dan meyakini akhlak bersenggama ini  diperlukan pemahaman tasawuf. Seperti pada penjelasan “Disunnahkan untuk merapikan baju dimalam hari bersenggama, serta mengucapkan kalimat Allah, karena jika baju ditinggalkan begitu saja akan dipakai oleh syaithan, atau jika tanpa berdoa syaithan pun ikut bersenggama” atau saat meninggalkan bersenggama dihari-hari tertentu. Atau dijelaskan bahwa Rasul merasakan malu kepada Allah saat bersenggama, sehingga Rasul menutup kepalanya saat bersenggama, hal ini yang kemudian dijelaskan diantara sunnah bersenggama adalah telanjang, namun tetap dalam satu selimut untuk menutupi sebagian aurothnya (Pada fashl Fi Ba’dhi Adabil Jima’ Wa Afdholi : Pasal Beberapa Adab jima’ dan keutamaannya, halaman 36-40).

c.       Nalar Burhani

Pada nalar ini, kemudian tidak hanya menjelaskan pada bagian saat bersenggama saja, tapi juga hal – hal terkait sebelum dilakukan bersenggama, seperti membahagiakan hati istri dengan rayuan, dan berbincang – bincang serta memberikan kepuasan seks terhadap istri, serta makanan apa saja yang seharusnya dimakan oleh keduanya untuk menghasilkan keturunan yang baik.

Hal ini dibuktikan dengan rasional, ilmu Psikologi membenarkannya, ketika membahagiakan hati istri, artinya seks dilakukan dengan baik, dan membuat jiwa dan perempuan bahagia. Hal ini mampu mempengaruhi hormon kelak keturunan yang akan dihasilkan seperti apa. Serta, makanan yang baik untuk dikonsumsi sebelum bersenggama seperti Jangan makan dan minum yang terlalu panas dan masam (ilmu kesehatan menjawab karena mampu memperlama kehamilan atau melemahkan syahwat, dan hal ini senada dengan nalar bayani dimana salahsatu tujuan menikah adalah mendapatkan keturunan), serta saat hamil disunnahkan makan jambu biji (pun juga memiliki beberapa hasiat saat diteliti) (Pasal 10, tentang makanan yang perlu dihindari saat berbulan madu, dan sedang hamil, halaman 47). 

 

           Demikianlah beberapa analisis singkat melalui nalar Byani, ‘Irfani dan Burhani terhadap kitab Qurratu al-‘uyun Karya Syaikh Tihami Al-Madany.

 

Sumber :

-   Syaikh Tihami Al-Madany. 2005. Kitab Qurratu al-‘Uyun. (Surabaya: Al-Haramain).

-   Faula Arina. Konsep Keluarga Sakinah Menurut Kitab Qurrah Al-‘Uyun Karangan Syaikh Muhammad Tihami bin Madani. 2018. (Purwokerto: UIN Purwokerto).


 

Comments

Popular Posts