Search This Blog
عن جابر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « المؤمن يألف ويؤلف ، ولا خير فيمن لا يألف ، ولا يؤلف، وخير الناس أنفعهم للناس » Diriwayatkan dari Jabir berkata,”Rasulullah SAW bersabda,’Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni) "Almuhafadhotu 'ala qodiimish Sholih Wal Akhdhu bil jadiidi Ashlah"
Featured
- Get link
- X
- Other Apps
Menjadi Wanita Kuat itu Keharusan (Self Healing Melalui Kartini)
![]() |
https://pxhere.com/id/photo/1028448 |
Semakin dewasa, kita semakin berbeda dalam menyikapi kehidupan kita. Semakin dewasa kita dihadapkan pada problem kehidupan yang semakin beragam. Memutuskan sesuatu yang tidak hanya memikirkan kepuasan diri sendiri, tapi juga melibatkan kebahagiaan oranglain disekitar kita.
Hidup
terus bergerak, dan membutuhkan problem solving didalamnya. Socrates pernah
mengatakan bahwa wajarnya manusia, ketika semakin tinggi pendidikannya maka semakin
luas pengetahuannya, semakin luas wawasannya maka semakin bijaksana pula tindakannya.
Tidak
selamanya problem kehidupan harus disikapi dengan kesedihan, Ibnu Al-Qoyyim
pernah menyinggung keadaan ini, bahwa syaitan itu lebih menyukai manusia yang
murung dan bersedih. Disini, tersimpulkan bahwa tidak banyak orang yang
berhasil menyikapi masalahnya. Dalam kesedihan yang berlarut, menjadikan
manusia semakin murung, galau, terus menangis, menyalahkan kegagalan diri,
bahkan menyalahkan ketentuan dari Allah. Sehingga wajar, jika dalam kesedihan
yang berlarut-larut - syaitan ikut andil didalamnya, mendorong manusia untuk
berpikir negatif dan overthinking terhadap kekuasaan Allah.
Melalui
pengetahuan, manusia mempergunakan akal untuk kembali bergerak dan bertindak
yang lebih bermanfaat. Boleh menangis, boleh bersedih, tapi sekedarnya, karena
fase itu akan segera berlalu. Dan tidak menunggu fase baru untuk datang. Kita
lah yang mendorong fase itu tercipta, fase bangkit - fase dimana kita menertawakan
ketidaktahuan kita di masa lalu, dan mengatakan “Aku akan lebih siap dan lebih
kuat dengan problem – problem selanjutnya,
aku akan lebih bijaksana mengambil keputusan, dan aku akan lebih berhati-hati
menyimpulkan keadaan”.
Kartini
mengatakan sebagai perempuan kita berhak untuk tahu dan berpendidikan “Saya yakin
sedalam-dalamnnya, bahwa wanita dapat memberi pengaruh pada masyarakat, maka tidak
ada yang lebih saya inginkan dari menjadi guru, supaya kelak saya mendidik
gadis-gadis kita. Untuk tidak taqlid terhadap budaya, tradisi dan agama –
biar kritis dan sadar kalau mereka sedang ditindas – saya ingin menuntut anak-anak,
membentuk wataknya dan mengembangkan otaknya yang muda, supaya mereka kelak
dapat meneruskan segala hal baik lainnya. Jika para perempuan itu mendapatkan
pendidikan yang baik, maka itu menjadi hadiah
yang lebih membahagiakan bagi masyarakat kita.”
Lagi
– lagi perempuan dituntut untuk kuat, didorong untuk menjadi perempuan yang siap
dan berkemajuan dengan kehidupan. Karena majunya perempuan bukan berarti
kalahnya laki-laki, jusrtu semakin kuat wanitanya semakin kuat generasinya dan
semakin kuat pula negaranya.
Hal ini senada dengan makna “wanita” menurut orang Jawa, dimana akronim dari “Wani di Toto” (berani untuk ditata), Ust. Dr. Fahruddin dalam kajiannya menegaskan bahwa dalam hidup ini tidak hanya butuh orang yang berani untuk menata, namun juga membutuhkan orang yang berani untuk ditata. Sebagian besar dunia kacau salahsatunya disebabkan karena susahnya menemukan orang yang bisa untuk diatur. Hingga muncul perumpamaan bahwa sebaik-baiknya pemimpin, jika tidak ada wanitanya (red: wani ditoto) tidak akan mencapai puncak keberhasilan.
Maka, karakter feminim perempuan mengatakan bahwa atribut sebagai perempuan tidaklah perlu disesali, justru dalam diri perempuan memiliki kesiapan mental yang double, karena kesiapan orang yang diatur jauh lebih banyak dibanding hanya mengatur. Jika mengatur manusia bisa membebaskan dirimereka, tentu berbeda dengan orang yang diatur yang harus lebih menerima – dan praktiknya tidaklah sederhana.
Sehingga
sangat sinkron terhadap kalimat masyhur “dibalik laki-laki yang sukses
pasti terdapat perempuan yang tangguh”. Bagaimanapun hebatnya laki-laki, mereka
tidak akan mampu membawa dunia pada puncak kemajuan dan peradaban. Bukankah,
dunia hanya terdiri dari 2 orang saja, laki-laki dan perempuan. Jika laki-laki
yang hanya dipersilahkan untuk maju, maka peradaban hanya mencapai setengah
kemajuan, dan setengahnya lagi ada ditangan perempuan. Jika perempuan tidak
diberi tempat untuk menjadi orang berkualitas, meminggirkan mereka, perempuan
di diskriminasi, dikalahkan dan dilemahkan, artinya kita sedang menciptakan
generasi lemah dan terpinggirkan.
Kasus
ini menjadi gambaran penting, bahwa agama pun tidaklah diskriminasi, dimana
memandang setara keduanya, dinilai dan dihargai secara sama.
Kartini
kembali menegaskan:
“Bukan
tanpa alasan, orang mengatakan kebaikan dan kejahatan dimulai dari anak bersama
air susu seorang ibu, alam sendirilah yang kemudian menuntun manusia untuk
melakukan kewajiban di bumi. Sebagai Ibu, ia lah pendidik pertama bagi anaknya,
dipangkuannya anak mampu belajar merasa, berpikir dan berbicara. Kebanyakan hal
pendidikan pertama bukanlah tanpa arti untuk seluruh hidupnya, melalui tangan
Ibulah yang meletakkan benih kebaikan dan kejahatan di dalam hati manusia yang
tidak jarang sepanjang hidupnya. Lalu bagaimana dengan ibu Jawa sekarang dapat
mendidik anak-anaknya jika mereka sendiri tidak terdidik, peradaban dan
kecerdasan Jawa tidak akan maju dengan pesat jika perempuannya masih
terbelakang ”.
“Perempuan harus lebih kuat,
karena dialah yang membangun generasi” - Kartini
- Get link
- X
- Other Apps
Popular Posts
MENDISKUSIKAN ISLAM DAN MULTIKULTURAL DALAM PENDIDIKAN
- Get link
- X
- Other Apps
Wedding Invitation of Kumala and Mahfudin
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment
Terimakasih atas kunjungannya, silahkan share tulisan ini jika bermanfaat bagi anda dan orangain yah, salam dari aku - Kumala :)